New York (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan bahwa masa depan Gaza harus menjadi proses yang dipimpin dan dimiliki oleh rakyat Palestina sendiri, bukan pihak luar.
Pernyataan itu disampaikan Sugiono saat menghadiri High-Level Meeting on the Day After and Stabilization Efforts in Gaza di sela Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di New York, Selasa (23/9).
“Kami meyakini bahwa masa depan Gaza harus tetap berada di tangan rakyat Palestina sendiri,” ujar Sugiono.
Pertemuan yang dihadiri 11 negara, Liga Arab, dan Uni Eropa itu dipimpin oleh Menlu Prancis Jean-Noël Barrot.
Fokus utama diskusi adalah usulan pembentukan misi stabilisasi internasional di bawah PBB untuk membantu pengamanan dan rekonstruksi Gaza.
Dalam pernyataannya, Sugiono menegaskan bahwa gencatan senjata harus menjadi prioritas utama dan langkah awal menuju stabilitas di Gaza.
Baca juga: Prabowo tegaskan Indonesia siap kirim pasukan perdamaian ke Gaza
“Tanpa perdamaian di lapangan, tidak ada rencana yang dapat dijalankan. Gencatan senjata adalah syarat utama bagi seluruh upaya ke depan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa “hari setelah” harus dimaknai sebagai akhir dari pendudukan, serta menyatakan kesiapan Indonesia berkontribusi dalam misi perdamaian PBB.
“Dengan mandat yang jelas dan kuat untuk melindungi warga sipil, menjamin akses kemanusiaan, dan memperkuat stabilitas kawasan,” tambahnya.
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari New York Declaration yang dihasilkan dalam KTT PBB pada 28–30 Juli 2025 dan disahkan oleh Majelis Umum pada 12 September.
Indonesia tercatat sebagai salah satu dalam kelompok kerja konferensi tersebut.
Selain Indonesia dan Prancis, negara lain yang hadir antara lain Mesir, Yordania, Italia, Inggris, Arab Saudi, Kanada, Jerman, UEA, Qatar, serta perwakilan Uni Eropa dan Liga Arab.
Baca juga: Pidato Prabowo di PBB: Indonesia tawarkan solusi kemenangan bersama
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.